Langsung ke konten utama

SERPIHAN HATI .CAIK.




dimatamu aku tak bermakna, tak punyai arti apa-apa
kau hanya inginkanku, saat kau perlu
tak pernah berubah

Dear diary, 
       Jatuh cinta sama sahabat sendiri, adalah hal terbodoh yang pernah kulakukan. Harus berapa kali aku merutuki diriku sendiri untuk tak jatuh cinta sama dia.
Sungguh menyakitkan saat dilupakan dan tak dianggap sama sahabat, teman kecilku, teman yang slalu ada untukku.
Cakka Kawekas Nuraga, nama yang selalu ada di hatiku, orang yang selalu bisa membuatku salting saat bersamanya. Di dunia ini banyak beribu cowok, tapi mengapa aku harus mempunyai perasaan lain terhadapnya?
Apa aku salah mencintai sahabat sendiri? Aku tak tahu apa-apa, perasaan itu muncul begitu saja. Aku Oik Cahya Ramadlani, hanya seorang gadis yang baru mengenal apa itu ‘CINTA’ tapi kenapa Cinta Pertamaku setragis ini?
***
Seperti biasa Oik berangkat ke sekolah dengan Cakka sahabatnya. Dari kecil mereka selalu masuk dalam satu sekolah. Apa itu yang dinamakan ‘TAKDIR’?
“Ik, dah sampai.”
“Oh, iya. Masuk yuk udah mau bel nih Kka”
“Ayo”
Mereka pun memasuki kelas bersama-sama. Sesaat kemudian



‘Teeeeeeeettttt’ akhirnya bel istirahat pun telah berkumandang. Ini adalah saat-saat paling menyenangkan bagi semua murid SMA CANVAS. Terutama Cakka dan Oik, mereka berdua emang selalu bareng kemana-mana.
“Ik, aku mau ngomong sesuatu nih” Ujar Cakka saat kelas sudah mulai sepi karna murid-muridnya lari ke kantin.
“Ya udah ngomong aja disini” Jawab Oik dengan nada yang terbilang cukup santai. Padahal, daritadi jantungnya dag-dig-dug mulu waktu Cakka megang tangannya.
“Gak bisa disini. Ke taman aja yuk” ajak Cakka kemudian yang sudah menarik tangan Oik keluar.
Sesampainya di taman.
“Cakka, lepasin!”perintahnya. “Mau ngomong apa’an sih? Kok kayaknya penting gitu?” tanya Oik heran, karena tak biasanya Cakka seperti ini.
“Kamu tahu gak? Saat ini itu aku lagi suka sama seseorang”
“Teruss?” Tanya Oik singkat.
“Dengerin dulu dong! Aku pingin nembak itu anak tapi aku gak berani” Cengir Cakka.
‘Cakka suka sama orang? Ya Allah Cobaan apa ini? Kok aku kayaknya gak rela gitu ya. Aku takut kalau dia udah jadian, ntar aku dilupain.’ Batin Oik
“Ik, kamu kok bengong gitu sih? Daritadi kamu gak dengerin aku ya?” tanya Cakka mengagetkan Oik.
“Eh gak eh iya aku dengerin kamu kok” Ucapnya gagap sambil memaksakan senyum. “Emangnya kamu suka sama siapa Kka?” tanya Oik kemudian sambil menatap mata Cakka.
Saat ini Mereka saling berhadapan.
“Sebenernya aku suka sama Shilla, kelas XI.IPA.1” Jawab Cakka sambil mengembangkan senyumnya.
“Oh” sedangkan Oik hanya membalasnya singkat mendadak ekspresi mukanya berubah sedih. Namun ternyata Cakka tak menyadarinya.
“Oh ya, Ik kamu maukan bantuin aku buat deket sama Shilla? Kamu kan temen satu cheers. Ayolah Ik?” mohon Cakka sangat berharap berharap Oik akan membantunya.
‘mungkin dengan aku menyatukan Cakka dan Shilla, aku bisa bahagia karna Cakka pasti akan bahagia. Melihatnya bahagia aku juga ikut bahagia walau itu bukan ‘aku’ yang membuatnya bahagia.karna aku tak sanggup bila melihatnya sedih. Aku hanya pingin jadi sahabat yang baik buat dia’
“Tuh kan daritadi kamu bengong. Ik, Mau kan? Bantuin aku. Mau ya, Please” mohon Cakka sangat sambil menaik turunkan alisnya.
“Iya deh aku bantu” Jawab Oik akhirnya sambil tersenyum walaupun sebenarnya ia tak bisa untuk melakukannya.
“Yeah, makasih Oikku” Cakka senyam-senyum sendiri, reflek memeluk Oik.
Oik kaget dengan Cakka yang memeluknya tiba-tiba, namun ia seneng juga. Pelukan Cakka nyaman dan hangat. Kemudian ia berfikir lagi mungkin saja itu pelukan terakhirnya dengan Cakka. Tak terasa setetes air jatuh dari kelopak matanya. Buru-buru ia menghapusnya, takut ketahuan Cakka. Itu berarti sama saja dengan membuatnya sedih.
“Eh, sorry Ik. Tadi kelepasan. Hehehe. Maklum masih seneng” Ujar Cakka tiba-tiba dan melepaskan pelukannya dari Oik.
“Iya, gak apa-apa kok Kka” sekali lagi Oik berusaha untuk tersenyum.



Mulai hari ini Oik bertekad untuk menghapus semua perasaannya ke Cakka. Karna ia tahu, Cakka lebih bahagia dengan Shilla nantinya.
Saat ini Oik masih latihan Cheers bersama timnya. Disini Oik menjadi ketuanya. Seteleha tiga puluh menit berlalu, merekapun istirahat untuk sekedar melepas peluh.
Oik menghampiri Shilla yang masih bercerita dengan teman-temannya, mungkin lagi seru. Pikir Oik. Ia pun menghampiri Shilla untuk melancarkan aksinya.
Satt sudah tepat di hadapan Sihlla. “Hay shill, sibuk ya?” sapa Oik dengan senyum untuk sekedar basa-basi.
“Eh, Oik. Gak kok, ini lagi cerita-cerita aja ma Via. Ada apa ya Ik?”
“Shill, aku mau bicara sesuatu sama kamu.”
“Oh ya udah kalau gitu disini aja” Suruh Shilla dengan senyumnya.
“Emmm, kayaknya kita perlu bicara berdua deh” Ujar Oik.


Kini Oik dan Shilla hanya berdua saja di taman sekolah.
“Mau bicara apa Ik?” tanyanya memecah keheningan.
“Kamu mau gak jalan sama Cakka?” tanya Oik
“kamu gila ya? Gak mungkin lah, kamu tahukan kalau aku tuh suka sama Kak Riko” shilla hanya geleng-geleng kepala. “Bukannya kamu suka sama Cakka? Maaf Ik, aku gak bisa”
“Shilla, please. Kamu mau ya? Iya aku tahu kamu suka sama Kak Riko. Aku tahu itu, mungkin melihat Cakka bahagia itu sudah cukup untuk membuatku ikut bahagia.” Ujar Oik. “Lagian ini semua bukan mau ku, ini semua permintaan Cakka. Dia suka sama kamu Shilla, mungkin aku hanya dia anggap sebagai sahabat dan itu tak lebih dari seorang sahabat. Aku pingin membuatnya bahagia sekali saja.” Sesaat kemudian keadaan menjadi hening.
“Tapi Ik”
“Kalau kamu anggap aku teman, terimalah. Hitung-hitung kamu membantu temanmu”
“Baiklah kalau itu maumu, aku akan melakukannya. Tapi jangan pernah salahkan aku kalau nantinya perasaanku berubah ke Cakka.”
“Makasih ya Shill”
Akhirnya Shilla menerima permintaan Oik. Yah, permintaan konyol yang tak banyak orang melakukannya. Sebuah permintaan untuk menjadi pacar dari orang yang ia sangat cintai. Oik tahu ini baru awal cerita,
***
Hari demi hari beralu sejak Shilla menerima tawaran itu. Oik kini merasa Cakka telah menjauh dari dirinya. Padahal ini baru awal,
Dulunya yang Cakka selalu berangkat bersama dengan dirinya, ke kantin bareng, hari minggu ke tempat basecamp, tapi itu dulu. Kini Semua itu digantikan dengan Shilla disisi Cakka, Oik juga kini jarang bertemu dengan Cakka di rumahnya. Mungkin Cakka hampir tak pernah ke basecamp lagi.  Oik kini lebih sering bersama Acha dan Sivia. Seperti saat ini mereka sedang berlatih Cheers.
“Oik, Shilla kok jarang masuk latihan sih?” Tanya Sivia heran.
“Iya Ik, hp’a juga jarang aktif” timpal Acha.
“Mungkin dia lagi sibuk, ya udah Via, Acha kita lanjutin latihannya yuk” Jawab Oik. Ia menghembuskan nafas berat.
“Ik, kamu gak kenapa-napa kan?” tanya Via khawatir.
“Gak kok.” Jawab Oik singkat sambil tersenyum untuk meyakinkan teman-temannya kalau dia tidak kenapa-napa.



Tak terasa kini hari minggu kembali, Oik berniat untuk ke basecamp walaupun ia tahu kalau Cakka tidak bakalan datang.
Oik menaiki mobilnya, hari ini jalanan terlihat sangat sepi. Mungkin juga hati Oik yang ikut merasakan kesepian itu.
Sebuah mobil jass ungu memasuki sebuah rumah yang di depannya terdapat halaman yang cukup luas dengan berbagai macam pohon dan tanaman, yang membuat udara sejuk. Oik turun dari mobilnya, setelah mengunci ia segera masuk ke dalam rumah itu. Disana ada Bi Rum yang sengaja dibayar orangtua Oik dan Cakka untuk mengurus rumah itu.
“Assalamau’alaikum. Bi Rumi, ini Oik” Ketika Oik memasuki sebuah rumah sederhana.
“Non Oik, kok gak bareng sama Den Cakka datangnya?” tanya Bi Rumi heran.
“Oh iya, tadi Oik masih ada urusan”
‘dug..dug...dug..dug” suara pantulan Bola basket terdengar.
“Bi, itu dibelakang siapa ya? Yang mainbola?” tanya Oik heran karna ia tahu itu bukan Cakka.
“Oh, itu den Cakka.”
“Kok gak ada motornya bi didepan?”
“Motornya lagi di bengkel sebelah.”
“Ya udah bi, Oik ke belakang dulu ya”
“Iya non”


‘Dud..dug..dug..dug’ Cakka masih terlihat serius mendribel bola basketnya. Tiba-tiba saja ia mendengar ada suara derap langkah mendekatinya. Ia pun menghentikan permainannya, saat ia menoleh
“Oik? Kamu kesini juga?”Tanya Cakka dengan mengembangkan senyumnya.
“Iya. Lagian juga tiap minggu aku kesini kok. Kamu tuh yang gak pernah kesini.”
“Hehehe.. biasa lagi ‘PDKT’ sama Shilla. Oh ya, makasih ya kamu udah bantu aku buat deket sama Shilla”
“No problem” jawabnya singkat.
Seharian ini mereka menghabiskan waktu bersama di basecamp. Tanpa ada satu orangpun menganggu mereka.
Tuhan, aku berharap padaMu. Semoga Cakka akan kembali dekat denganku seperti dulu.aku tahu, mungkin ini hanya berlaku untuk hari ini saja. Lusa juga dia akan kembali ke dunianya sendiri.Bahkan tadi dia tak menanyakan kabarku.’
***

kadang ingin kutinggalkan semua
pedih hati menahan dusta, diatas perih ini aku sendiri
selalu sendiri
1 Minggu telah berlalu dari pertemuannya dengan Cakka di Basecamp. Hari ini disekolahnya terlihat heboh dengan kabar Cakka dan Shilla jadian.
“Oik, sini deh” tarik Sivia sama Acha mengajak Oik ke bangku saat ia baru saja datang.
“Ada apa sih? Kok kalian heboh banget?” tanya Oik heran.
“Eh Shilla sama Cakka jadian.” Heboh Acha.
“Oh”
“Kok jawabnya gitu sih Ik? Emangnya kamu belum dikasih tau ya, sama Cakka?”tanya Sivia heran. “Dia kan sahabatmu. Kalau sampai itu terjadi, aku gak bakal tinggal diam”
“Bener tuh.” Timpal Acha
“Aku udah tau kok dari Cakka kemarin.” Jawab Oik berusaha biasa saja.
Inilah kelebihan Oik, dia tidak mau membuat semua orang menganggap sahabatnya tak baik. Sampai saat ini dia belum bicara dengan kedua temannya ini tentang hal yang sebenarnya.

1 Minggu telah berlalu dari pertemuannya dengan Cakka di Basecamp. Hari ini disekolahnya terlihat heboh dengan kabar Cakka dan Shilla jadian.
“Oik, sini deh” tarik Sivia sama Acha mengajak Oik ke bangku saat ia baru saja datang.
“Ada apa sih? Kok kalian heboh banget?” tanya Oik heran.
“Eh Shilla sama Cakka jadian.” Heboh Acha.
“Oh”
“Kok jawabnya gitu sih Ik? Emangnya kamu belum dikasih tau ya, sama Cakka?”tanya Sivia heran. “Dia kan sahabatmu. Kalau sampai itu terjadi, aku gak bakal tinggal diam”
“Bener tuh.” Timpal Acha
“Aku udah tau kok dari Cakka kemarin.” Jawab Oik berusaha biasa saja.
Inilah kelebihan Oik, dia tidak mau membuat semua orang menganggap sahabatnya tak baik. Sampai saat ini dia belum bicara dengan kedua temannya ini tentang hal yang sebenarnya.

Tak terasa, hari ini telah tiba , dimana Cakka berulang tahun. Oik menyambutnya dengan gembira,. Ia sudah membuat rencana dari jauh-jauh hari untuk membuat surprise buat Cakka.
Oik sudah siap dengan kue tar ukuran kecil ditangannya. Dengan lilin berangka 17. Malam ini akan menjadi malam terindah Cakka. Pikirnya. Kebetulan rumah Cakka cuman berada di samping rumahnya. Jadi ia hanya membutuhkan waktu beberapa menit untuk sampai di rumah Cakka dengan berjalan kaki.
‘ting,tong,ting,tong’ suara bel rumah berbunyi. Kini Oik sudah berada di depan rumah Cakka.
Pintu terbuka, muncul wanita paruh baya yang masih terlihat cantik dari dalam rumah.
“Malem tante” sapa Oik ramah.
“Eh Oik, Cakkanya masih ke rumah teman katanya. Udah dari tadi sih, mungkin sebentar lagi dia pulang. Masuk dulu yuk Ik” ajak tante Ida mamanya Cakka.
“Iya tan makasih, tapi Oik tunggu di luar aja ya.”
“Ini udah malem, sebaiknya kamu masuk aja gih. Di luar dingin, bentar lagi kayaknya mau turun hujan”
“Gak apa-apa kok tan, biar Oik bisa langsung ketemu Cakka ntar. Oik kan mau kasih surprise buat ultah Cakka.” Jawabnya senang
“Ya, ampun kamu ingat ya? Tante sampai lupa lho, ya udah deh biar tante temenin aja ya”
“Makasih tante, tapi kayaknya tante capek deh.”
“Gpp kok sayang, ini kan buat Cakka anak tante.”
Akhirnya Oik dan tante Ida pun menunggu kedatangan Cakka di ruang tamu.

1 jam kemudian, kini waktu sudah menunjukkan jam 10.00 malam.
Oik masih berusaha untuk tidak tidur, sedangkan tante Ida di sebelahnya sudah tidur dengan pulas nampaknya.
“Cakka mana sih? Udah jam segini dia kok belum pulang?” tanya Oik entah pada siapa. “Ya, Allah tolong jaga dia” do’a dalam hati.
“Oik, Cakka belum pulang ya?” tanya tante Ida tiba-tiba.
“Iya tan”
“Ya udah, tente masuk kamar dulu ya. Nanti kalau mau pulang minta anter Cakka.
Tak terasa kini sudah jam 11 malam, tak lama kemudian terdengar suara deru motor memasuki halaman.
“mungkin itu Cakka.”
Tak lama kemudian muncul seorang cowok dari arah pintu. Ruangan itu terlihat gelap. Tiba-tiba saja lampu menyala.
“Surprise” ujar Oik dengan membawa kue tar.
“Oik? Ngapain kamu disini?” tanya Cakka bingung.
“Happy Birtday Cakka” Oik menghiraukan pertanyaan Cakka tadi.
“Aku tanya ngapain kamu disini?” Cakka mengulang pertanyaannya.
“Ya buat surprise lah. Ya udah sekarang kamu tiup lilinnya” Oik menyalakan lilinnya. “Sekarang kamu make a wish dulu. Baru deh kamu tiup” Ujar Oik panjang lebar.
“Ik..”
“Ayo kka” ajak Oik sambil menarik tangan Cakka, karna dari tadi Cakka hanya diam.
“Ik”
“Sekarang tiup deh”
“OIK CUKUP”bentak Cakka kemudian yang mulai gerah dengan tingkah Oik.
Tiba-tiba suasana hening. Oik kini diam, tapi tidak dengan otak dan hatinya. Oik kaget dengan bentakan Cakka, karena ini baru kali pertamanya ia di bentak sahabatnya.
“Cak...Cakka”
“CUKUP YA! AKU CAPEK. SEKARANG AKU MAU ISTIRAHAT. MENDING KAMU PULANG SANA!!!!!” bentak Cakka lagi dengan muka marah. Bersamaan itu guntur menggelegar, di depan hujan lebat. Air mata Oik kini mulai turun membentuk sungai kecil di kedua pipi chubbynya.
“Kamu kok bentak aku gitu sih? Apa salah aku?” tanya Oik akhirnya dengan sesenggukan.
“Oik maaf. Sebaiknya kamu pulang sekarang deh. aku udah ngantuk” Cakka kini berbicara dengan nada lembut dan menyesal karna tadi udah berkata kasar dengan Oik.
“Apa kamu capek karna udah ngerayain Ultahmu dengan ‘PACAR BARU KAMU’” ucapnya dengan menekan kata yang di capslock.
“Wajar kan?”tanya Cakka.
“Apa kamu lupa? Ok, semenjak kamu jadian sama Shilla, kamu lupa sama aku. Kamu lupa dengan segalanya. Kamu lupa dengan aku sahabatmu.” Kini Oik menjadi marah.
“Ik bukan maksud aku...”
“Ok fine, mulai sekarang kamu urus aja tuh Shilla. Urus dunia barumu.”
“OIK CUKUP!!! MULAI SEKARANG SHILLA PACARKU, JADI TOLONG HARGAIN DIA!! KAMU SAMA SHILLA ITU GAK ADA APA-APANYA OK. KAMU BUKAN SIAPA-SIAPAKU JADI KAMU GAK ADA HAK BUAT IKUT CAMPUR SOAL DUNIAKU”
Oik menghela nafas sesaat. Ia kaget dengan semua ucapan sahabatnya itu.“ jadi selama ini kamu gak pernah anggap aku ada? Jadi apa arti aku dalam hidupmu? Musuhkah?” Oik sudah cukup capek dengan semua perasaan yang slama ini mengganjalnya. “Kamu lupa dengan semua janjimu dulu,. Aku hanya ingin jujur untuk yang terakhir kalinya sama kamu, CAKKA KAWEKAS NURAGA, apa kamu pernah berfikir? Kalau aku menyukaimu, aku menyayangimu lebih dari sekedar sahabat. Tidak kan? Aku melakukan semua ini, aku bantu kamu buat jadian sama Shilla. Karna aku ingin melihatmu bahagia, walaupun itu sakit. Sakit banget, karna aku tak pantas mempunyai perasaan itu”
Cakka tercenung dengan ungkapan Oik barusan, Oik rela melakukan apa saja demi dirinya bahagia? Pikir Cakka.
Tapi karna ia sudah capek dan akal sehatnya dikalahkan dengan amarah dan rasa kantuk tanpa sadar ia mengucapkan kata yang sebenernya tak ingin ia katakan.
“Kalau kamu emang ingin melihatku bahagia, mending sebaiknya kamu pergi dari kehidupanku dan Shilla! Pergi jauh-jauh karna aku sudah muak”
“Kalau itu maumu aku akan pergi, Kecamkan baik-baik itu” Karna kue yang tadi ia pegang telah jatuh, kini ia mengambil sebuah kado di meja. “Aku lupa, ini kado buat kamu. Tapi kayaknya kado ini sudah ‘tak penting’ lagi lagi buat kamu. Sayang banget ya kalau dibuang? Tapi gpp deh, lagian juga ini kado dari ‘orang gak penting’ kayak aku.” Oik pun membuang kado itu di dekat tong sampah yang ada di sebelahnya. setelah berucap seperti itu Oik segera berlari keluar rumah Cakka, padahal diluar sana hujan masih mengguyur dengan derasnya.
serpihan hati ini, kupeluk erat
akan kubawa, sampai kumati
memendam rasa ini sendirian
ku tak tahu mengapa aku tak bisa
melupakanmu
Sedangkan di dalam, Cakka masih melihat Oik yang berlari sampai punggungnya tak terlihat lagi olehnya.
Cakka mengalihkan pandangannya, kue tar dengan tulisan HB’day Cakka kini hancur lebur.Dan di dalam tong sampah ada sebuah kado. Cakka segera mengambil, dan membuka kado itu. Kado itu berisi sebuah miniatur gitar yang sejak dari dulu menjadi impiannya. Cakka tersenyum tipis..
“Ik, aku pingin deh punya miniature gitar yang seperti di toko itu. Tapi sayangnya aku gak punya uang, pasti mahal harganya” Ujar seorang Cowok kwcil.
“Cakka mau itu? Iya deh,. ntar kalau Oik udah gede, Oik beliin itu buat Cakka”
“Beneran Ik?”
“Iya”
“Ternyata kamu masih ingat Ik. Mungkin aku sudah hampir lupa dengan itu. Tapi kamu masih mengingatnya, dan tepatin janji kamu.” Gumamnya. “maafkan aku Oik, aku tadi gak bermaksud ngomong kasar sama kamu. Pasti kamu marah banget sama aku, Aku bukan sahabat yang baik buat kamu”
Cakka membuka sebuah surat dari dalam kado.
Hai Cakka,
Wah udah gede ternyata sobatku ini. J HB’day ya Kka, sweet seventeen.Wish you all the best ya. GBU always ,deh. Hh.. bingung nih mau ngomong apalagi. Maaf ya aku gak bisa kasih kamu kado yang mahal. Maaf juga kalo kadonya jelek. Itu buatanku sendiri lho, :p .kursus 1 bulan sama Bi Rumi. Susah juga ternyata bikin miniature, pantes aja di toko harganya mahal. Aku harap kita bisa ngumpul lagi seperti dulu, aku kangen Kka saat kita bikin hal-hal gila kayak dulu. Take care.
^Oik CR^
‘Aku janji bakal simpan ini baik-baik.’ J
“Kka, lho Oiknya mana?” tanya mamanya.
“Mama?emm, tadi Oik udah pulang”
Mamanya melihat ke arah kue yang berantakan dan memalingkan pandangannya ke Cakka. “Apa tadi kamu sama Oik berantem?”
“....”
“Cakka jawab mama!”
“I...iya ma. Tapi tadi Cakka gak ada niat buat berantem. Habis Cakka capek sih”
“Ya tetep aja kamu salah. Tadi Oik udah nunggu kamu dua jam disini. Ya udah kamu tidur sekarang! Besok kamu minta maaf ke Oik”
“Iya ma”

***
Hari ini Oik bangun dengan malas-malasan. Sepertinya dia malas untuk berangkat hari ini. Tapi bagaimanapun ia harus berangkat, ia tak mau dianggap lemah oleh Cakka. Ia akan membuktikan pada dunia&terutama Cakka, kalau ia sanggup menjalani hidup ini tanpa seorang Cakka.
Sedangkan di tempat lain, Cakka bangun dengan riangnya. Hari ini ia berniat untuk berangkat pagi&meminta maaf kepada Oik. Sepertinya di dalam otaknya kini hanya ada Oik, sampai ia lupa tidak menghampiri Shilla untuk menjemputnya.

Cakka menunggu kedatangan Oik, akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga. Cakka segera menghampiri Oik, yang membuat langkah gadis itu terhenti mendadak.
“Minggir” perintahnya jutek.
“Aku gak mau minggir. Aku mau ngomong sama kamu” ujar Cakka kekeh.
“Bodo amat. Awas minggir” kini Oik berhasil melewati Cakka, namun tak ada halangan dari Cakka.
‘Please Kka, panggil aku. Jangan biarkan aku pergi Kka!” batin Oik, namun ternyata Cakka tak ada tanda-tanda untuk memanggil dirinya. Tanpa menoleh, Oik melangkahkan kakinya cepat menuju kelas.
***
kupercaya suatu hari nanti
aku akan merebut hatimu
walau harus menunggu
sampai ku tak mampu
menunggumu lagi

Sudah satu minggu ini setelah Cakka berusaha untuk meminta maaf tempo hari kepada Oik. Cakka dan Oik kini lost contact karna Oik yang memang berusaha untuk melupakan Cakka. Walaupun itu sulit, dan mungkin butuh berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan bahkan bisa juga bertahun-tahun. Namun rasanya hati Oik masih menginginkan kembali kepadanya walaupun hanya ‘sebatas sahabat’.
saat ini di SMA CANVAS masih istirahat. Otomatis semua siswa tidak ada yang di dalam kelas.
Oik memilih ke kantin dengan Acha dan Sivia. Ia selalu menghindari kontak mata dengan Cakka setiap bertemu. Dan ia pun memilih satu bangku dengan Acha karna dulunya ia satu bangku dengan Cakka. Acha-Sivia pun akhirnya tahu permasalahan yang terjadi pada Oik.
Oik, sivia dan Acha masih mencari tempat duduk setelah mereka membawa pesanan masing-masing.
“Via, Acha, kita kesitu aja yuk” tunjuk Oik pada satu bangku panjang yang masih kosong.
“Yuk” jawab keduanya kompak.
‘Bruk’
“Au...” pekik seseorang yang kena tumpahan makanan Oik.
“Makanya kalau jalan tuh pake mata jangan pake dengkul!” ujar orang itu ketus.
Saat Oik mendongakkan kepala ternyata yang ditabraknya tadi Shilla.
“Kka, basah nih baju aku. Gara-gara nih cewek satu” rengek Shilla.
“Udah Shill, lagian dikit doang kan basahnya?” Kata Cakka tenang.
“Tapi kan tetep aja, dia itu salah! Kamu kok gak marah sih sama dia?” Tanya Shilla lagi sambil melirik Ke arah Oik. Sedangkan Oik hanya cuek aja menunggu kelanjutan ceritanya dan menatap dengan pandangan menantang ke arah Cakka & Shilla.
“Udah ngomongnya? Kalau gitu aku ma pergi. Emm sorri ya buat yang tadi. Gak sengaja” Ucapnya datar masih dengan gaya cueknya.
“Gak kok Ik, kamu gak salah. Mungkin Shilla yang kurang hati-hati jalannya tadi.” Jawab Cakka sambil tersenyum tapi malah di balas dengan senyum kecut Oik.
“Kka, kamu kok gitu sih? Orang dia tadi yang salah” Shilla tak terima dengan omongan Cakka barusan. “Eh, Oik. Bersihin nih rok gue”
“Ya udah, lepas dong rok loe!” tantang Oik.
Suasana kantin kini mulai ramai, ada yang mendukung Oik ada pula yang mendukung Shilla.
Shilla yang ditantang tak bisa berkutik. Masak iya, dia mau telanjang?
Cakka yang udah gerah dengan adegan ini akhirnya menengahi.
“STOPPP SEMUA!” bentaknya. “Kalian tuh gak malu apa berantem gara-gara hal sepele kayak gini?”
“Daripada buang-buang waktu gue. Mending loe urus aja tuh pacar loe yang sok ganjen” Kata Oik masih dengan gaya cueknya. “Via, Acha pergi yuk dari sini. Udah gak nafsu gue”
Sepeninggal Oik dari kantin Cakka pun langsung mengajak Shilla pergi dari kantin, karna malu mungkin.


Tanpa angin tanpa hujan, tiba-tiba Alvin datang dan mulai masuk ke dalam kehidupan Oik. Seteleh PDKT yang cukup panjang, akhirnya Alvin pun menembak Oik.
“Oik,aku mau jujur sama kamu Ik” saat ini Alvin dan Oik masih duduk-duduk di taman.
“Jujur apa?”tanya Oik bingung.
“Aku suka sama kamu Ik, aku cinta sama kamu.” Kata Alvin akhirnya. “Would you  be my girl?” tanyanya kemudian.
Oik kaget mendengar pernyataan Alvin barusan.

Sedangkan di tempat lain tak jauh dari tempat Oik&Alvin berada. Ada seseorang yang sejak tadi melihat mereka berdua, entah kenapa ia menjadi panas dan marah. Rasanya ingin menghancurkan semua benda yang ada disitu. Saat ia mendengar Alvin menembak Oik.
‘Please Ik jangan diterima. Aku sadar aku suka sama kamu, aku sadar sesuatu yang hilang dari hidupku beberapa bulan ini tuh kamu. Mungkin ini karma yang Tuhan berikan untukku Ik’ batin seseorang, dia adalah Cakka.

“Tapi, Vin..sebenernya...”
“Sebenernya apa Ik?”
“Sebenernya...”
“Sebenernya Oik hanya cinta sama gue.” suara dari belakang mereka.
Kontan Oik dan Alvin menoleh ke belakang, Oik kaget melihat Cakka ada disitu.
“Cakka...” Ucap keduanya.
“Iya ini aku Cakka. Buat Alvin, maaf ya Oik sudah menjadi pacarku”
“Bukannya loe marahan ya ma Oik?” tanya Alvin bingung.
“Tapi sekaranga kita udah baikan kok, iya gak Ik?” Cakka meminta persetujuan dari Oik. Tapi Oik hanya bisa melongo dan menatapnya sebal.
“Siapa yang bilang aku pacar..” ucapan Oik di potong Cakka.
“Kayaknya kita perlu bicara berdua deh Ik. Alvin, aku tinggal dulu ya” senyumnya jahil, ia menggandeng Oik dan berlambai-lambai ria ke arah Alvin.




“Cakka lepasin!” Pekik Oik sambil berusaha melepaskan tangannya.
“Aku gak mau lepasin kamu lagi Oik, setelah apa yang kamu perbuat kepadaku.” Cakka meatap lekat kedua mata Oik, berusaha untuk mencari dirinya di dalam sana. Namun Oik memalingkan pandangannya ke arah lain. “Hh.. jujur waktu itu aku kalut, Maafkan aku Ik,aku takut kehilanganmu setelah aku menyadari satu perasaan yang tersembunyi dalam hatiku, Hanya ada satu nama disana... Nama itu Oik Cahya Ramadlani. Peri kecilku”
“Oh, terus?” ujar+tanyanya singkat.
“Ih, Oik gak bisa diajak romantis dikit sih? Kok jawabnya gitu,” Kini Cakka cemberut.
“Ih kok jadi kamu sih yang marah?”tanya Oik ikut-ikutan sebel.
“Kamu juga sih yang mulai.” Jawab Cakka ikutan marah. “Ya udah, kamu mau gak jadi pacarku?” Tanya Cakka cepat.
“Hah? Apa tadi kamu bilang? Oh, kamu lagi pingin kembang pacar ya?” tanya Oik polos #kembang pacar@makanan sejenis kayak ketan
“Ih Oik, bukan kembang Pacar. Tapi Pacar!” Lama-lama Cakka gemes juga nih. “Mending kamu diem dulu deh! jangan ngrusak momen.” Perintah Cakka yang membuat Oik anteng.
Saat ini mereka saling berhadapan satu sama lain, Cakka mulai dari awal. Cakka memegang dagu Oik dan mengangkatnya, saat itu mata mereka beradu pandang. Oik sudah mulai dag,dig,dug nih. Mau tak mau ia pun menatap mata Cakka.
“Would you be my girlfriend?” tanya Cakka.
Oik berusaha mencari kejujuran di kedua bola mata Cakka. Setelah menghembuskan nafas, akhirnya Oik menemukan jawaban yang pas. Oik melepaskan tangan Cakka dari dagunya, ia berbalik dan mulai berjalan meninggalkan Cakka.
“Mau kema ik?” tanya Cakka menghentikan langkah Oik.
“Apa kamu sama Shilla..”
“Aku sama dia udah putus. Aku sadar aku hanya menganggapnya sebagai sahabat gak lebih. Dia udah jadian tuh sama Kak Riko. Jadi gimana?” tanya Cakka
“Gimana apanya?” tanya Oik masih memunggungi Cakka.
“Kamu mau kan jadi Pacar ku?”
“Maaf Kka, tapi aku gak bisa..”
“Aku tahu kok, kamu gak bakal trima aku setelah apa yang aku lakukan terhadapmu selama ini” Ujar Cakka lesu.
“siapa bilang? Maksudku, aku gak bisa nolak kamu Cakka Kawekas Nuraga” kini Oik sudah berpaling ke Cakka.
“Beneran? Thanks Ik. Makasih juga buat kadonya. Kamu masih inget juga ternyata, padahal itu kan permintaanku 10 tahun yang lalu.” Ujarnya dalam pelukan Oik.
“E...iya..Cak..kKa.. lepasin dong!” Ucap oik yang mulai tersengal-sengal nafasnya karna sangking kuatnya pelukan Cakka.
“Heheh peace sorry, kelepasan tadi.”
Cakka mendekatkan diri ke Oik, kini jarak di antara mereka sudah dekat, hembusan nafas Cakka sudah mulai terdengar dan terasa di depan wajah Oik. Oikpun mulai menutup matanya.
‘Cup’
Cakka mengecup keningnya singkat. “Ik, kamu kenapa? Kok tutup mata?”Tanya Cakka jahil.
“Ehm,, gpp kok” jawab Oik gugup.
“Di kening aja ya, kamu kan masih kecil” Cakka tersenyum saat melihat muka Oik cemberut. “Maksudku, ntar aja di bibirnya kalau uadah nikah”
“Emangnya aku mau nikah sama kamu?” tanya Oik menantang.
“Ya harus dong!”
“Ih, maksa banget sih”
“Biarin wlek.. ;P” merekapun kejar-kejaran.


“Ekm.. kayaknya panas banget nih? Rik, kamu panas gak?” Ujar seseorang, Shilla
“Iya nih.banget malah” Timpal Riko tersenyum jahil.
“Lho Shilla, Kak Riko?” Tanya Oik bingung. “kalian daritadi disini?”
“Ya iyalah. Ik, aku minta maaf ya. Waktu itu aku gak bermaksud kok” Ujar Shilla.
“Emm, gpp kok Shill. Kita kan teman”
“Kka, PU’a dong” minta Riko.
“Eh kita kok di tinggal sih.” Ujar seseorang. Dia Via bersama Iel,Acha&Ozy.
“Kalian jadian kok gak bilang-bilang ma aku?” amuk Oik.
“Hahahahaha....  kalau mau disalahin, tuh salahin pacarmu Cakka!” Kata Iel.
“Ini kan idenya Cakka”
“CAKKKA..........................”
Yang diteriaki malah nyengir dengan tampang watadosnya.
“hahahaha....” merekapun tertawa bersama melihat kekonyolan CAKKA&OIK.
Dear Diary,
Inilah kisahku, kisah cinta yang mungkin berawal tragis, dimana aku harus berkorban demi kebahagiaannya. Cakka Kawekas Nuraga. Sekarang kami telah menyusun serpihan-serpihan hati itu bersama, tidak hanya aku dengan Cakka. Tapi juga Sahabat-sahabat kami, Acha, Shilla,Sivia yang telah menemukan pasangannya masing-masing. Ozy, Kak Riko, dan Kak Iel. Terimakasih Tuhan, engkau telah mengabulkan permintaanku. Aku akan menjadi orang yang paling bahagia di dunia ini.
Ku ingin kau tahu, ku ingin kau selalu
Dekat denganmu setiap hariku
Sudahkah kau yakin untuk mencintaiku
Ku ingin hanya satu tuk selamanya
*courtesy of LirikLaguIndonesia.Net
Ku tak melihat dari sisi sempurnamu
Tak peduli kelemahanmu
Yang ada aku jatuh cinta karena hatimu
Cintaku tak pernah memandang siapa kamu
Tak pernah menginginkan kamu lebih
Dari apa adanya dirimu selalu
Cintaku terasa sempurna karena hatimu
Selalu menerima kekuranganku
Sungguh indah cintaku
Sudahkah kau yakin untuk mencintaiku
Ku ingin hanya satu tuk selamanya
Ku tak (ku tak) melihat dari sisi sempurnamu
Tak peduli kelemahanmu
Yang ada aku jatuh cinta karena hatimu
Cintaku tak pernah memandang siapa kamu
Tak pernah menginginkan kamu lebih
Dari apa adanya dirimu selalu
Cintaku terasa sempurna karena hatimu
Selalu menerima kekuranganku
Sungguh indah cintaku, cintaku
Cintaku tak pernah memandang siapa kamu
Tak pernah menginginkan kamu lebih
Dari apa adanya dirimu selalu
Cintaku terasa sempurna karena hatimu
Selalu menerima kekuranganku
Sungguh indah cintaku
Sungguh indah cintaku, indah cintaku

END

Komentar

  1. serpihan hati ini ku peluk erat.. akan ku bawa sampai ku mati.. memendam rasa ini sendirian.. ku tak tahu mengapa aku tak bisa melupakan mu* ini gue malah nyanyi*..
    nice story nih.. gue juga sebenarnya suka banget sama couple caik..

    numpang promo, jangan lupa kunjumgi blog gue ya
    obat kista tradisional.
    obat pelangsing herbal.

    makasih sebelumnya ya sis..

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

BERAKHIR DENGAN BAHAGIA

Seorang gadis sedang bersimpuh di depan gundukan tanah. Air matanya terus mengalir. Satu persatu orang mulai meninggalkan tempat itu sambil menepuk pundak gadis itu untuk sekedar memberi ketabahan dan kekuatan. Seorang pemuda kini berada di sampingnya. “Oik, kita pulang yuk” Ajak pemuda itu ia merangkul pundak gadis tadi. Namun gadis yang di panggil Oik itu hanya terdiam seakan tak mampu untuk melangkahkan kakinya untuk meninggalkan tempat itu. Untuk sekedar bicarapun sulit. “Nggak Kka. Aku masih mau disini. Kasihan bunda di dalam sana.” Ujar Oik dengan suara parau. “Iya, aku ngerti. Tapi kamu kan masih punya Om Riko. Masih ada Acha dan Sivia sahabatmu dan. Aku” ujarnya meyakinkan. “Kalo gitu kalian pulang dulu aja. Aku masih pingin disini nemenin bunda.” Seorang pria paruh baya datang menghampiri keduanya. “Oik sayang kita pulang ya. Ayah nggak mau kamu gini. Tuh liat Cakka, Acha, sama Sivia. Kasihan mereka nungguin, lagian juga kalo bunda liat kamu gini, dia pasti sedih.”...

Lukisan Cinta Oik -CERPEN-

‘Oek, oek,oek’ akhirnya bayi itu telah terlahir ke dunia. “Selamat ya, pak. Bayi anda laki-laki.” Ujar seorang suster. “Makasih Tuhan, Ih unyu banget deh anak papa. Boleh saya menggendongnya sus?” Pinta Alvin, Ayah dari bayi itu. “Baiklah, pak.” Senyuman lega dari semua orang yang berada di kamar itu tak berlangsung lama sampai Sivia kembali mengaduh kesakitan. “Auh... Dokter perut saya kenapa lagi? Sakit banget ini,” “Sus, ayo sus. Mungkin saya anaknya kembar.” Mereka bertindak dengan cepat, karena melihat keadaan Sivia yang semakin lemah. Alvin memberikan bayinya kepada suster yang satunya lagi, ia kembali mendekat ke arah Sivia untuk membantu memberikan semangat. “Sayang, bertahan ya. Ayolah demi anak-anak kita.” Alvin memegang sebelah tangan Sivia dan menciumnya. “Dok, lakukan yang terbaik dok untuk istri dan anak saya.” “Pak Alvin sebaiknya berdo’a kepada Tuhan, agar proses ini lancar.” Ujar Suster. ‘Oek, Oek, Oek”  suara tangisan bayi kembali terdengar, ...