Langsung ke konten utama

GARA-GARA KAMU_1 Bag.B


H
A
P
P
Y

READING YA.... :)

Setelah melewati malam yang penuh tantangan, nampaknya pagi-pagi begini mereka kecapean. Ada yang sudah bangun dan jalan-jalan, ada yang mandi, ada yang makan, ada juga yang masih tidur di dalam tenda, yang membuat guru-gurunya berkoar-koar tidak jelas.
Oik pagi ini ternyata sudah segar dengan tampilannya yang rada tomboy itu. Hanya memakai celana jeans panjang, kaus warna senada dengan kemeja yang digulung sesikut, sepatu kets biru yang selalu menemaninya. Tak lupa ia memakai topi kesayangannya. Rambutnya yang pendek sebahu dibiarkan tergerai begitu saja.
Dengan semangat ia memulai pagi ini, karna pagi ini adalah pagi yang sangat ia tunggu-tunggu untuk menjahili seseorang, melihatnya merasa ketakutan, siapa lagi dia kalau bukan Cakka, orang yang telah mengintipnya mandi di sungai. Senyuman penuh arti selalu ia pasang.
“Oik, loe mau kemana?” tanya Ify ketika Oik akan keluar dari tenda.
“Anu.. gue mau keluar bentar nyari angin pagi.”
“Boleh gue temenin?” pinta Ify.
‘gawat nih kalo sampai Ify ikut, bisa-bisa rencana gue gatot nih. Aaaaaaa....... nggak boleh, Ifynggak boleh ikut apapun alasannya.’ Batinnya. “Nggak usah Fy, maksud gue. Loe kan belum mandi gitu, lagian kasihan Aren tuh. Dia pasti kecapean gara-gara acara tadi malem. Loe mending temenin dia aja deh. Gue juga bentar kok keluarnya.” Alibi Oik.
“Oke deh. hati-hati ya. Jangan sampe nyasar” nasihat Ify.
“Ok Ify sayang. Aku pergi dulu ya. Bubbay”
.
.
.
Akhirnya Oik sampai juga di tempat perjanjian. Sesosok pria berdiri di dekat sebuah mobil jib. Mungkin itu miliknya. Oik tersenyum dan melambaikan tangan ke arah orang itu.
“Hai. Gimana udah siap?” sapa orang itu.
“Udah, loe tahu kan ngomongnya entar gimana?” tanya Oik memastikan.
“Ya tahulah. Gue berpura-pura jadi paman loe yang super sangar itu kan? Terus gue mara-marah gitu ke dia. Orang yang namanya Cicak... eh Cakki, duh siapa sih? Oh ya Cakka?”
“Sipp bagus. Ya udah gue panggil dia dulu kalo gitu.”


Oik meninggalkan orang itu sendirian. Ia berniat untuk menghampiri Cakka dan membawanya ke tempat tadi.
Setelahnya ia sampai tempat perkemahan lebih tepatnya di depan tenda milik Cakka&friends. Kebetulan sekali Oik bertemu Ray yang baru saja mandi.
“Eh, loe siapa namanya? Bisa panggilin temen loe itu gak?” Minta Oik.
“Oh gue Ray, loe murid baru ya? Pantes aja gue belom pernah liat muka loe. Teman gue mah ada banyak, kalo sohib kental gue ada dua, Nah loe mau gue panggilin yang mana? Ozy, apa Cakka?” Jawab plus tanya Ray panjang lebar.
“Panggilin Cakka. Tolong!” pintanya lagi.
“Ok” balas Ray singkat. “Cakka!!!!! Ada yang nyariin loe nih” teriaknya dari luar. Oik yang mendengar teriakan Ray hanya bisa menutup telinga.
“Siapa??????” teriak suara dari dalem.
“Siapa nama loe?”
“Oik” jawab Oik berusaha sabar.
“Kka cepetan dong keluar ada Oik katanya. Cepetan!!” Cakka pun akhirnya keluar dari tempat persembunyiannya dengan muka polosnya.
“Ada apa Ray?” Ray hanya mengedikkan bahu ke arah Oik. Yang tau maksudnya Cakka pun menoleh “Eh ada loe cewek jadi-jadian. Ngapain?” tanya Cakka ke Oik.
“Eh loe kunyuk, tanggung jawab gak? Gue udah laporin loe ke om gue. Dia mau bikin perhitungan sama loe yang udah berani-beraninya ngintipin ponakannya.” Tegas Oik dengan nada menakut-nakuti.
“Hah? Gak salah? Emang dasarnya loe aja tuh yang kegeeran! Hahaha... tapi kayaknya lucu juga ya kalo dibayangin? Kalo ponakannya gini, gimana omnya? Penasaran gue. Hahahaha” ledeknya yang membuat Oik semakin geram. Tanpa menunggu persetujuan dari Cakka, Oik langsung saja menariknya pergi dari situ.
.
.
.
Berkali-kali Cakka bertanya mau dibawa kemana ia, tapi tak ada jawaban juga dari Oik. Mereka terus saja berjalan menjauhi tempat perkemahan.
“Mau kemana sih?” tanya Cakka untuk yang kesekian kalinya.
“Diem aja lo cicak” bentaknya.
Sesampainya mereka di tempat Oik bertemu dengan pria tadi, Cakka langsung berhenti dan mulutnya ternganga lebar. Omnya sangar juga, banyak tato-tato di tangannya. Mampus dah gue. Mau lari gimana sekarang? Rutuk Cakka dalam hati.
“Napa loe?” tanya Oik bingung dengan tingkah salting Cakka, namun Cakka masih tetap tenang walau hatinya ketar-ketir.
“Nggak.” Sanggahnya cepat.
“Om, ini teman Oik yang tadi Oik certitain ke om.”
Pria dengan lengan berotot tadi mendekati Cakka dan Oik. Pria itu memandang tajam ke arah Cakka, lebih dekat lagi... lagi dan lagi... yang membuat Cakka tak bisa berkutik.
“Oh jadi ini yang namanya Cakka? Ckckck... lumayan juga” Ujar Pria tadi. “Enaknya ngapain ya?”
“Terserah om aja deh” suruh Oik.
‘Bug’ satu tinju melayang ke muka tampan Cakka. Oik yang melihatnya hanya tersenyum puas. “Ini peringatan buat kamu!” ‘Duag’ satu tinju lagi. “Dan ini buat kamu yang udah berani ngintipin ponakan saya”
“Maaf om. Saya gak sengaja” Cakka berusaha membela diri namun ia tak berhasil.
Tapi Oik yang melihat Cakka di pukul beneran oleh preman itu dan berkali-kali melebihi perjanjian akhirnya Oik pun tak bisa tinggal diam. Ia segera melerai orang itu.
“Stoppppp” teriaknya, yang mampu menghentikan orang itu. Pria tadi melepaskan Cakka jatuh begitu saja di tanah. Pria itu pun pergi dari tempat itu. Menaiki mobil jib tentunya. Sebelumnya Oik segera memberikan bayaran buat orang itu. Untungnya tadi Cakka maih menunduk.
Setelah kepergian orang tadi, Oik segera menghampiri Cakka yang masih jatuh tersungkur di tanah.
“Kka, loe.. Loe gak kenapa-kenapa kan?” tanya Oik khawatir. Entah datang darimana, perasaan bersalahnya itu menghantuinya.
“Gue nggak kenapa-kenapa kok.” Cakka berusaha duduk sambil tersenyum.
“Tapi bibir loe berdarah. Maafin om gue ya?” mohonnya.
“Its ok. Mungkin itu emang kesalahan gue kok. Luka di bibir ini biasa aja kok nggak sakit.” Ujarnya berusaha membesarkan hati Oik.
“Gue bantu loe ya, gue obatin luka di muka loe.” Cakkapun hanya mengangguk. Oik berusaha menopang tubuh Cakka yang besar itu. Membantunya untuk berjalan.
.
.
.
Cakka dan Oik telah sampai di tempat perkemahan, Teman-teman Cakka dan Oik menyambutnya dengan beribu pertanyaan.
“Kka loe kenapa?” Tanya Ozy kaget.
“Tadi Cakka di puk...” ucap Oik terputus oleh Cakka.
“Tadi gue jatuh kok. Iya nggak Ik?” Cakka mengedipkan sebelah matanya ke Oik. Sebenarnya Oik ingin menyalahkan pernyataan Cakka, namun Cakka malah meremas bahu Oik untuk mengiyakan ucapan Cakka.
“I... Iya, tadi Cakka jatuh”
“Oh... mending loe obatin tuh luka deh Kka!” kini giliran Ray yang menyuruh.
“Nih gue mau ngobtin Cakka” ujar Oik.
“Oh ya dah sana” kini giliran ozy yang nimpali.
.
.
.
“Au...” teriak Cakka. “Pelan-pelan bisa nggak?”
“Ya ini aku udah pelan tau. Kamunya aja” Ujar Oik, ia menekan-nekankan kain kompres pada muka Cakka dengan nggak nyante.
“Bisa pelan nggak? Sini, aku bisa sendiri!” Cakka menarik kain kompres dari tangan Oik namun yang ditarik Cakka malah tangan Oik. Alhasil Oik jatuh ke dalam pelukan Cakka.
Deg
Cakka merasakan sesuatu di hatinya, hatinya seakan berdesir. Begitupun Oik. Saat Oik mendongakkan kepalanya, mereka sempat beradu pandang untuk beberapa saat. Oik pun tersadar dia segera bangkit mulai duduk kembali seperti semula. Untuk menghilangkan rasa panas di pipinya yang mungkin kini memerah.
“Sorri, tadi salah tarik. Hehhe” Cengir Cakka sedikit agak salting.
“Oh,, heheh, gak apa-apa kok.”Balas Oik sedikit tersipu. “Ya udah aku mau balik ke tenda dulu” ujar Oik singkat. Saat Oik akan berdiri dari tempatnya tadi duduk, Cakka mencekal tangan Oik.
“Em, bisa temani aku ngobrol?” tanya Cakka.
Setelah berpikir lama Oik pun berkata. “Bisa, mau ngobrol apa?” tanya Oik mengernyitkan dahinya.
“Duduk dulu dong, gak enak kan berdiri?” suruh+tanya Cakka. Oik pun kembali duduk.
Cakka pun memulai membuka pembicaraan setelah mereka berdua diam untuk beberapa saat. “Kamu murid baru ya? Soalnya aku gak pernah liat kamu sebelumnya.”
“Iya aku murid baru, pindahan dari Bandung”
“Oh. Kamu kelas XI.IPA.2 ya?” tanya Cakka lagi.
“Iya, kok tau?” tanya Oik.
“Taulah, orang kamu temennya Ify. Selamat datang di SMU Mahardika ya Oik” ujar Cakka dengan senyumnya.
“Oh iya lupa, Iya sama2”
            Mereka berdua ngobrol sangat akrab sekali, mulai dari masalah umum sampe masalah pribadi. Cakka juga bercerita tentang ia yang baru saja putus dari Shilla karena dia selingkuh dengan Alvin kapten Basket sekolah. Cakka merasakan nyaman bila berada di dekat gadis itu, walaupun Oik cuek&tomboy, tapi saat mereka berdua ngobrol seperti udah cocok aja gitu. Dan mereka sama-sama percaya satu sama lain untuk menjaga rahasia masing-masing.
.
.
.
Semenjak pulang dari camping, Cakka dan Oik makin lengket aja. Kadang mereka ke kantin bareng temen-temen Cakka dan juga temen-temen Oik.

_BERSAMBUNG_
Akankah Cakka dan Oik jadian? Dan mengalahkan pasangan Alvin Shilla?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BERAKHIR DENGAN BAHAGIA

Seorang gadis sedang bersimpuh di depan gundukan tanah. Air matanya terus mengalir. Satu persatu orang mulai meninggalkan tempat itu sambil menepuk pundak gadis itu untuk sekedar memberi ketabahan dan kekuatan. Seorang pemuda kini berada di sampingnya. “Oik, kita pulang yuk” Ajak pemuda itu ia merangkul pundak gadis tadi. Namun gadis yang di panggil Oik itu hanya terdiam seakan tak mampu untuk melangkahkan kakinya untuk meninggalkan tempat itu. Untuk sekedar bicarapun sulit. “Nggak Kka. Aku masih mau disini. Kasihan bunda di dalam sana.” Ujar Oik dengan suara parau. “Iya, aku ngerti. Tapi kamu kan masih punya Om Riko. Masih ada Acha dan Sivia sahabatmu dan. Aku” ujarnya meyakinkan. “Kalo gitu kalian pulang dulu aja. Aku masih pingin disini nemenin bunda.” Seorang pria paruh baya datang menghampiri keduanya. “Oik sayang kita pulang ya. Ayah nggak mau kamu gini. Tuh liat Cakka, Acha, sama Sivia. Kasihan mereka nungguin, lagian juga kalo bunda liat kamu gini, dia pasti sedih.”...

SERPIHAN HATI .CAIK.

dimatamu aku tak bermakna , tak punyai arti apa-apa kau hanya inginkanku , saat kau perlu tak pernah berubah Dear diary,         Jatuh cinta sama sahabat sendiri, adalah hal terbodoh yang pernah kulakukan. Harus berapa kali aku merutuki diriku sendiri untuk tak jatuh cinta sama dia. Sungguh menyakitkan saat dilupakan dan tak dianggap sama sahabat, teman kecilku, teman yang slalu ada untukku. Cakka Kawekas Nuraga, nama yang selalu ada di hatiku, orang yang selalu bisa membuatku salting saat bersamanya. Di dunia ini banyak beribu cowok, tapi mengapa aku harus mempunyai perasaan lain terhadapnya? Apa aku salah mencintai sahabat sendiri? Aku tak tahu apa-apa, perasaan itu muncul begitu saja. Aku Oik Cahya Ramadlani, hanya seorang gadis yang baru mengenal apa itu ‘CINTA’ tapi kenapa Cinta Pertamaku setragis ini? *** Seperti biasa Oik berangkat ke sekolah dengan Cakka sahabatnya. Dari kecil mereka selalu masuk dalam satu sekolah. Apa itu yang dinamaka...

Lukisan Cinta Oik -CERPEN-

‘Oek, oek,oek’ akhirnya bayi itu telah terlahir ke dunia. “Selamat ya, pak. Bayi anda laki-laki.” Ujar seorang suster. “Makasih Tuhan, Ih unyu banget deh anak papa. Boleh saya menggendongnya sus?” Pinta Alvin, Ayah dari bayi itu. “Baiklah, pak.” Senyuman lega dari semua orang yang berada di kamar itu tak berlangsung lama sampai Sivia kembali mengaduh kesakitan. “Auh... Dokter perut saya kenapa lagi? Sakit banget ini,” “Sus, ayo sus. Mungkin saya anaknya kembar.” Mereka bertindak dengan cepat, karena melihat keadaan Sivia yang semakin lemah. Alvin memberikan bayinya kepada suster yang satunya lagi, ia kembali mendekat ke arah Sivia untuk membantu memberikan semangat. “Sayang, bertahan ya. Ayolah demi anak-anak kita.” Alvin memegang sebelah tangan Sivia dan menciumnya. “Dok, lakukan yang terbaik dok untuk istri dan anak saya.” “Pak Alvin sebaiknya berdo’a kepada Tuhan, agar proses ini lancar.” Ujar Suster. ‘Oek, Oek, Oek”  suara tangisan bayi kembali terdengar, ...