Langsung ke konten utama

GARA-GARA KAMU_1 Bag.D


H
A
P
P
Y

READING :)



            D
Istirahat pun tiba, seperti kebanyakan siswa yang lain Cakka dan teman-temannya pun ke kantin. Saat di koridor Cakka bertemu dengan Oik, Ify, dan Aren.
“Hay Ik, ke kantin ya?” tanya Ray.
“Iya nih Ray. Mau bareng?” tawar Oik.
“Ayuk deh..” Timpal Ray dan Ozy kompak, sedangkan Cakka hanya tersenyum melihat tingkah kedua sobatnya.
Ray, Ozy, Aren, dan Ify berjalan di depan. Sedangkan Cakka dan Oik mengikuti teman-temannya dibelakang. Tanpa disangka mereka berpapasan dengan Shilla dan Alvin the genk.
“Eh bro, selera loe bisa turun juga ya ternyata?” Ujar Alvin meremehkan. Cakka hanya mengernyitkan dahi tanda ia sedang bingung, si Alvin ngomong sama siapa?
“Say, udahlah biarin aja si Cakka sama murid baru itu. Kan kasihan” Timpal Shilla.


            Ozy, Ray, Aren, dan Ify duduk di bangku yang agak mojok di kantin. Mereka masih menunggu Cakka dan Oik yang dari tadi belum datang-datang juga. Ray masih sibuk dengan Hpnya, Ozy sibuk celingak-celinguk nyari Cakka, Ify sibuk dengan minumannya, dan Aren, dia juga masih sibuk dengan Hpnya.
“Aduh, Cakka mana sih? Kok lama banget?” Ozy dari tadi mengeluh.
“Iya nih Oik juga kok lama.” Timpal Ify.
“hehehe...” Ray tertawa kecil. Kontan membuat Ozy dan Ify menoleh ke arah Ray dengan tatapan menyelidi.
“Ray, loe lagi nggak gila kan?” tanya Ozy.
“Hehehe, siapa juga yang gila” Jawab Ray yang masih sibuk dengan Hpnya.
“Kalo nggak gila kenapa tawa sendiri? Aneh banget loe” cibir Ozy,
“Hai, nunggu lama ya?” Panggil Oik, nafasnya masih terengah-engah gara-gara tadi lari ngejar Cakka.
“Iyalah sampe lumutan, kalian berdua darimana aja sih?” tanya Ify.
“Tuh tanya ma orangnya. Daritadi cuman diem, marah, terakhir ninggalin deh. emangnya gue apaan



“Vin, udah yuk” Ajak Shilla manja.
“Bentar dulu Shill,”Alvin menahan Shilla. “Jawab dong Cakka,”
“Oh loe ngomong sama gue?” tanya Cakka pura-pura ngeh,
“Iyalah. Masak sama tembok.”
Tanpa disangka-sangka, Cakka menarik Oik agar lebih dekat dengannya. Oik sudah melotot ke arah Cakka, namun Cakka malah tersenyum jahil dan merangkul Oik. “kabar gue baik kok Vin. Oh ya kenalin Alvin, Shilla, ini Oik” Cakka tersenyum dan melirik ke Oik yang sudah memandangnya ganas.
“Hai, gue Oik.” Oik mengulurkan tangan ke Shilla dan Alvin.
Shilla hanya memandang uluran tangan Oik dengan tatapan jijik. Ia langsung mendongak ke arah Cakka. “Dia pacar kamu Kka?” tanya Shilla.
“Songong banget sih jadi orang” gumam Oik lirih,
“Udah diem"
Cakka menarik tangan Oik yang masih terulur. “Kamu nggak liat?” Cakka mengedik ke arah tangannya yang masih merangkul Oik.
“Tuh kan Shill, orang UDIK ya pantesnya juga sama ORANG UDIK.” Alvin menekankan setiap kata yang di capslock.
“Iya sih, ya udah Vin. Kita pergi aja dari sini! Gak ada gunanya juga. yang ada nanti kita ikut-ikutan udik.” Shilla bergidik ngeri. “Oh ya Kka, kayaknya selera kamu itu turun drastis ya? Sayang banget lho.”
“....” Cakka hanya tersenyum kecut. ‘Kamu benar Shill, maka dari itu aku mau move on. Oik gak jelek-jelek amat kok, mungkin sedikit polesan kali ya.’
“Ya udah deh, daripada jadi obat nyamuk. Kita pergi dulu.” Alvin menepuk bahu Cakka dan berlalu bersama Shilla.
‘Bukk’
“Auh.. Oik apa-apaan sih?” Cakka memegangi dadanya yang tadi di pukul Oik cukup keras.
“Lo tuh yang apa-apaan. Cari kesempatan dalam kesempitan. Lagian tadi ngapain sih rangkul-rangkul segala. Pake acara ngaku-ngaku jadi pacar gue segala lagi, emangnya sejak kapan kita jadian? Nembak aja belum... “ Oik terus mengeluarkan unek-uneknya. Siapa yang nggak kesal sih, kalau seandainya ada orang yang tiba-tiba saja mengaku jadi pacarnya tanpa ia tahu kapan mereka jadian.
Cakka hanya memandang Oik sambil mengedik dan melangkah meninggalkannya.
Oik yang menyadari tak ada respon dari Cakka, ia berhenti bicara. Menatap ke sekelilingnya, dan orang yang dicarinya sudah tidak ada.
“Lho, Kka. Elo di mana sih? Cakka?” Seperti orang linglung, Oik pun segera berlari menuju kantin. Mungkin saja Cakka di sana.
“Tuh anak ngilangnya cepet banget sih?” dumel Oik.
-
-
-
Malamnya di kediaman Cakka dan Acha. Kedua kakak beradik itu sedang berada di kamar Cakka. Acha yang membaca Novelnya sedangkan Cakka sedang memainkan gitarnya.
“Kak Cakka. Acha boleh ngomong nggak?” tanya Acha tiba-tiba sambil menutup Novelnya setelah tadi ia memberi batasan membaca.
“Tinggal ngomong aja kok susah. Mau ngomong apa? Jangan bilang, kalau loe suka diantara Ray sama Ozy.” Ledeknya sambil tertawa lepas.
“Ih, bukan itu tau. Ini tentang kak Oik.” Ujar Acha serius.
 “Tentang Oik?” tanya Cakka heran.
“Iya. gue baru tau, ternyata Kak Oik itu mantan model yang juga mantan junkies.” Tutur Acha.
Cakka shock bukan main mendengar kenyataan itu. “Apa kamu serius Cha?” Tanya Cakka menuntut.
“Iyalah. Kak Cakka mending tanya langsung aja deh sama orangnya! Aku sih nggak ada maksud apa-apa.” Ujar Acha. “Kakak kenal nggak sama yang namanya Dayat?” tanya Acha.
“Dayat? Siapa dia?” Cakka semakin nggak karuan dengan perasaannya saat ini.
“Masak kak Oik nggak cerita sih sama kakak? Dayat tuh mantan pacarnya Kak Oik. Dia pemain band. Cuman itu sih yang aku tahu. Aku juga tahunya denger-denger dari anak-anak.” Acha mengangkat bahunya.
Cakka hanya diam. Dalam hatinya dia sangat penasaran. ‘Apa besok tanya langsung saja ya sama Oik?’
-
-
-
Pagi ini Cakka menjemput Oik dengan motornya. Setelah pamitan sama Bunda Oik, mereka pun tancap gas menuju ke SMU Mahardika tempat mereka menuntut ilmu.
Saat di parkiran Cakka mulai bertanya.
“Ik, apa bener kamu mantan model yang juga mantan junkies?” Tanya Cakka to the point tapi dengan suaranya yang tenang, sehingga tidak menyinggung perasaan Oik.
Oik ragu untuk menjawab pertanyaan Cakka. Sedangkan Cakka sedari tadi menatapnya. Oik melirik ke arah Cakka kemudian dia menghela napas. “Iya. Kenapa? Lagian gue juga nggak mau kembali lagi ke dunia itu, itu cuman masa lalu buat gue.” Oik memilih jawaban jujur, toh emang itu kan kehidupan Oik yang dulu?
“Nggak kenapa-kenapa sih....” kini giliran Cakka yang menghela napas, bingung dengan pertanyaan selanjutnya yang akan ia utarakan. “Tentang Dayat?” tanya Cakka tiba-tiba yang membuat Oik kaget.
“Di.. dia... dia... dia itu..” Oik menjadi gugup,
“Iya, dia itu siapa? Dayat Simbaia. Dia mantan pacar lo kan ? kalau nggak salah dia pemain band.” tanya Cakka lebih menuntut.
Oik menggigit bibirnya, “Iya. Dia memang mantan pacar gue. Dia pemain band.” Oik semakin bingung dengan jawaban selanjutnya, ia tak ingin mengingat semua tentang cowok itu lagi. “Tapi... tapi dia sudah mati.  Dia mati karena Over Dosis.” Dengan cepat Oik menambahkan kalimatnya.
“Oh,” Cakka menghela napas lega.
“Kenapa sih Kka? Kok tumben, lo nanya-nanya soal itu?” Oik mengernyitkan dahinya bingung.
“Nggak kenapa-kenapa kok. Masuk aja deh yuk, ntar keburu bel.”

Hari ini pun berlalu seperti biasa. Selalu ada kehangatan dalam pertemanan.
-
-
-
            Siang ini Oik sudah berencana untuk cepat-cepat tidur siang. Rasanya capek banget hari ini, sudah tadi di sekolah Olah Raga. Ulangan Kimia tadi juga juga menguras otaknya.
            Seusai makan, Oik pun memasuki kamarnya yang berada di lantai atas. Baru saja ia merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Suara bel rumah mengganggunya.
‘Ting-tong-ting-tong”
“Mbok... Mbok Rum..” Oik keluar memanggil pembantunya yang bernama mbok Rum. -Ia tak mungkin memanggil mamanya, karna tadi sebelum Oik pergi sekolah, mamanya sudah pamit mau keluar kota untuk mengurus bisnisnya.- namun, mbok Rum tak kunjung datang. Akhirnya Oik memutuskan untuk membukakan pintu.
‘Ting-tong-ting-tong”
“Iya, tunggu bentar.” Ujar Oik dari dalam sebelum membuka pintu.
Oik memutar kunci, membukanya dan saat pintu terbuka, Oik segera menutupnya kembali. Pintu itu kembali dikuncinya. Jantungnya berdegup kencang, ‘mau apa dia datang lagi?’ batin Oik was-was. Keringat dingin jatuh menetes di setiap inchi badannya.
Oik tidak berani berbalik. ‘Aduh Mbok rum mana sih?’ Di saat-saat seperti ini Oik menyayangkan pembantunya itu tidak ada di rumah. ‘Apa yang harus aku lakukan? Nggak mungkin kalau aku nelpon Cakka sekarang. Ya Allah, bantu aku.’ Nafas Oik tersengal-sengal.
“Oik, Ik.. bukain dong. Masak kamu tega ngebiarin aku di luar kayak gini? Aku bisa jelasin Ik.” Orang tadi sekarang memanggil-manggilnya sambil menggedor-gedor pintu. “Oik buka! Aku nggak seperti sama apa yang kamu pikirkan selama ini.”
“Pergi!!! Gue nggak mau lihat kamu lagi. Pergi!” Oik berteriak dari balik pintu.
“Nggak! Aku nggak bakalan pergi dari sini, sebelum aku ketemu sama kamu. aku bisa jelasin semuanya!” mohon orang itu lagi.
“Whatever!!!!” Oik menendang pintu rumahnya bergegas masuk ke dalam kamarnya dan menguncinya. Oik menutup telinganya dengan guling.
Karna merasa tak kunjung dibukakan pintu sama sang punya rumah, orang itu pun berhenti mengetuk. “Besok aku ke sini lagi.” Kata orang itu sebelum pergi meninggalkan kediaman Oik.
...
Semakin hari ulah cowok itu membuat Oik terganggu. Cowok itu tak lain Dayat, mantan pacar Oik sang pemain band yang kini semakin sering disebut-sebut teman-temannya. Namun Oik hanya diam saja, tidak menanggapi.
Siang ini pulang sekolah, Oik pulang sendiri. Cakka tak bisa mengantarnya. Saat di depan gerbang sekolah, seorang cowok dengan memakai setelan kaos hitam dan celana jeans menghampirinya.
“Siang manis. Kok pulang sendiri?” sapa orang tadi.
Oik tersentak saat mengetahui orang tadi. “Dayat? Ngapain loe ke sini hah?” Oik celingak celinguk menatap kesekelilingnya. Untung sudah sepi. Oik segera menariknya menjauhi gerbang.
“Aduh, Ik. Kamu kira aku ini buronan apa?” cowok itu tersenyum jahil.
“Tau dari mana lo, sekolah gue?” Oik tak menanggapi ucapan Dayat tadi.
“Adalah. Kenapa? Takut ketahuan sama pacarnya ya?” tanya Dayat.
“Nggak. Pacar siapa?”
“Oh. Kirain cowok yang tiap hari ngantar jemput kamu itu pacarmu.”
“Udah deh, gue mau hidup tenang, Day. Mending lo pergi deh!”



Seseorang  melihat seorang cowok menghampiri Oik, mereka terlibat percakapan yang cukup serius, dan akhirnya Oik menarik cowok itu pergi dari gerbang sebelumnya Oik menoleh ke belakang. Orang itu segera mengikuti mereka.
“Ada apa ya? Cowok itu sama Oik?” gumam orang itu penasaran.
Orang itu terus membuntuti mereka, dengan mengendap-ngendap. Samar-samar, ia mendengar Oik memanggil cowok itu dengan Dayat. Alangkah kagetnya orang itu. Nggak tahu kenapa, Orang tadi memilih keluar dari persembunyiannya.
“Oik?”
Oik yang merasa namanya disebut segera menoleh, dan juga Dayat. Betapa kagetnya jua Oik, 


BERSAMBUNG_


Komentar

Postingan populer dari blog ini

BERAKHIR DENGAN BAHAGIA

Seorang gadis sedang bersimpuh di depan gundukan tanah. Air matanya terus mengalir. Satu persatu orang mulai meninggalkan tempat itu sambil menepuk pundak gadis itu untuk sekedar memberi ketabahan dan kekuatan. Seorang pemuda kini berada di sampingnya. “Oik, kita pulang yuk” Ajak pemuda itu ia merangkul pundak gadis tadi. Namun gadis yang di panggil Oik itu hanya terdiam seakan tak mampu untuk melangkahkan kakinya untuk meninggalkan tempat itu. Untuk sekedar bicarapun sulit. “Nggak Kka. Aku masih mau disini. Kasihan bunda di dalam sana.” Ujar Oik dengan suara parau. “Iya, aku ngerti. Tapi kamu kan masih punya Om Riko. Masih ada Acha dan Sivia sahabatmu dan. Aku” ujarnya meyakinkan. “Kalo gitu kalian pulang dulu aja. Aku masih pingin disini nemenin bunda.” Seorang pria paruh baya datang menghampiri keduanya. “Oik sayang kita pulang ya. Ayah nggak mau kamu gini. Tuh liat Cakka, Acha, sama Sivia. Kasihan mereka nungguin, lagian juga kalo bunda liat kamu gini, dia pasti sedih.”...

SERPIHAN HATI .CAIK.

dimatamu aku tak bermakna , tak punyai arti apa-apa kau hanya inginkanku , saat kau perlu tak pernah berubah Dear diary,         Jatuh cinta sama sahabat sendiri, adalah hal terbodoh yang pernah kulakukan. Harus berapa kali aku merutuki diriku sendiri untuk tak jatuh cinta sama dia. Sungguh menyakitkan saat dilupakan dan tak dianggap sama sahabat, teman kecilku, teman yang slalu ada untukku. Cakka Kawekas Nuraga, nama yang selalu ada di hatiku, orang yang selalu bisa membuatku salting saat bersamanya. Di dunia ini banyak beribu cowok, tapi mengapa aku harus mempunyai perasaan lain terhadapnya? Apa aku salah mencintai sahabat sendiri? Aku tak tahu apa-apa, perasaan itu muncul begitu saja. Aku Oik Cahya Ramadlani, hanya seorang gadis yang baru mengenal apa itu ‘CINTA’ tapi kenapa Cinta Pertamaku setragis ini? *** Seperti biasa Oik berangkat ke sekolah dengan Cakka sahabatnya. Dari kecil mereka selalu masuk dalam satu sekolah. Apa itu yang dinamaka...

Lukisan Cinta Oik -CERPEN-

‘Oek, oek,oek’ akhirnya bayi itu telah terlahir ke dunia. “Selamat ya, pak. Bayi anda laki-laki.” Ujar seorang suster. “Makasih Tuhan, Ih unyu banget deh anak papa. Boleh saya menggendongnya sus?” Pinta Alvin, Ayah dari bayi itu. “Baiklah, pak.” Senyuman lega dari semua orang yang berada di kamar itu tak berlangsung lama sampai Sivia kembali mengaduh kesakitan. “Auh... Dokter perut saya kenapa lagi? Sakit banget ini,” “Sus, ayo sus. Mungkin saya anaknya kembar.” Mereka bertindak dengan cepat, karena melihat keadaan Sivia yang semakin lemah. Alvin memberikan bayinya kepada suster yang satunya lagi, ia kembali mendekat ke arah Sivia untuk membantu memberikan semangat. “Sayang, bertahan ya. Ayolah demi anak-anak kita.” Alvin memegang sebelah tangan Sivia dan menciumnya. “Dok, lakukan yang terbaik dok untuk istri dan anak saya.” “Pak Alvin sebaiknya berdo’a kepada Tuhan, agar proses ini lancar.” Ujar Suster. ‘Oek, Oek, Oek”  suara tangisan bayi kembali terdengar, ...